Formulir Pendaftaran PSPP Penerbangan
Klik tombol dibawah ini untuk mendaftar
Formulir PendaftaranSekolah Pramugari | Staff Penerbangan | Aviation Security (AVSEC)
STUDIO Musik Resonanz (TRMS) dan Jakarta Concert Orchestra (JCO) mengadakan konser tahunan Simfoni untuk Bangsabertema "8 Dekade Musik Indonesia" pada Sabtu, 2 Agustus 2025 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Pertunjukan ini menyajikan lagu-lagu terpilih yang menggambarkan delapan dekade perkembangan musik tanah air.
Pertunjukan tahun ini merupakan edisi ke-16 sejak pertama kali diadakan pada 2010. Konser kali ini juga dimeriahkan oleh Batavia Madrigal Singers (BMS), The Resonanz Children's Choir (TRCC), Armonia Choir serta penampilan solo dari Ingrid Patricia, Farman Purnama, dan Isyana Sarasvati yang dipimpin oleh konduktor Maestro.Avip Priatna.
Dibuka dengan Lagu Perjuangan
Konser ini menampilkan pilihan lagu-lagu yang sangat dikenal oleh masyarakat, mencerminkan perjalanan Indonesia dalam merayakan 80 tahun kemerdekaannya. Mereka membagi lagu-lagu atau komposisi berdasarkan dekade yang berbeda. Medley lagu-lagu perjuangan menjadi penanda dekade pertama (1945-1955) yang dibawakan dengan penuh semangat oleh The Resonanz Children’s Choir melalui "Berkibarlah Benderaku" dan "Indonesia Pusaka", yang membangkitkan antusiasme para penonton dengan semangat nasionalisme, membuka jalannya konser tersebut.
Maria Sita, Yemima Madeleine, dan Sherina D. Saragih tampil membawakan lagu "Tiga Dara" dalam konser Simfoni untuk Bangsa dengan tema "8 Dekade Musik Indonesia" di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu, 2 Agustus 2025. Dok. Jakarta Concert Orchestra
Setelah itu dilanjutkan dengan lagu-lagu dari dekade kedua (1955-1965), ketika Indonesia mulai berkembang dan musik ikut berubah, memberikan warna dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Lagu lama "Tiga Dara" yang ceria dan lengkap dinyanyikan oleh Maria Sita, Yemima Madeleine, dan Sherina D. Saragih. Lagu ini mengingatkan semangat ketika layar lebar dan radio mulai hadir di tengah masyarakat. Melengkapi dekade ini adalah lagu ciptaan Gesang, "Bengawan Solo" yang dinyanyikan oleh Farman Purnama. Lagu lawas lainnya seperti "Nurlela" dibawakan oleh Trio Wandilat, Abraham, dan Dewabhatara dengan iringan orkestra yang memperindah panggung.
Tampilnya penyanyi bersuara emas Isyana Sarasvatimenyanyikan lagu "Tuhan" bersama BMS dengan penuh kebijaksanaan, merenung, dan mengagumkan. Lagu ini mendampingi para hadirin memasuki dekade ketiga (1965-1974).
Tidak ketinggalan, Armonia Choir mengiringi dekade ini dengan lagu ciptaan Yok Koeswoyo, "Kolam Susu" yang diatur secara kreatif dan segar. Semangat suasana serta ruang dengar para hadirin kembali terasa dengan lagu Terajana yang dibawakan dengan iringan orkestra yang diaransemen dalam nuansa dangdut oleh vokalis pria BMS.
Lagu Romantis hingga Karya Titiek Puspa
Lagu-lagu romantis muncul dalam sesi dekade keempat (1975-1985) dengan lagu yang terkenal dari film "Galih dan Ratna". Lagu ini dinyanyikan oleh sepasang penyanyi muda, Giri Rizki Riyadi dan Aurel Hutajulu. TRCC, yang tahun lalu menjadi juara dalam Tolosa International Choral Contest 2024 (Edisi ke-55) dan tahun ini berhak mengikuti 34th European Grand Prix for Choral Singing 2025.
Paduan suara anak-anak kembali tampil penuh semangat dengan menyanyikan rangkaian lagu ciptaan Titiek Puspa (“Menabung”, “Marilah Kemari”, “Apanya Dong”). Masa romansa mengajak penonton merenung kembali lagu “Badai Pasti Berlalu” yang dinyanyikan oleh Reinata Priskila dan BMS.
Setelah jeda, lagu yang diperkenalkan oleh Anggun C. Sasmi "Tua-tua Keladi" tampil di panggung mewakili dekade kelima (1985-1995). Pada masa itu, genre pop, rock, dan balada cukup mengisi ruang pendengaran masyarakat. Lagu "Kumpul Bocah" yang dinyanyikan oleh Vina Panduwinata serta "Selamat Datang Cinta" yang dibawakan oleh Alin Pontoh, Alexandra Januarvian, dan BMS.
Pentas Simfoni untuk Bangsa dengan tema "8 Dekade Musik Indonesia" digelar di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada Sabtu, 2 Agustus 2025. Dok. Jakarta Concert Orchestra
Dasawarsa keenam (1995-2005) ditandai oleh lagu-lagu yang lahir dari ruang kumpulan dan independen. Lagu-lagu dari masa ini masih melekat hingga saat ini seperti “Cerita Cinta”, “Cantik”, “Setahun Kemarin”, dan “Bahasa Kalbu” yang dinyanyikan BMS. Sementara lagu “Sephia” karya Sheila on 7 dinyanyikan olehJakarta Concert Orchestradan mengajak penonton untuk menyanyikan lagu bersama. Sesi ini diakhiri dengan lagu "Ada Apa dengan Cinta" yang terkenal dari film berjudul sama.
Dekade ketujuh (2005–2015) dalam pilihan Avip, dianggap sebagai tanda awal munculnya era digital. Musik menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari seperti “Kasih Putih” yang dinyanyikan dengan penuh perasaan oleh trio Nobel, Mitchell dan Ery. Kehidupan lagu “Indovers” dapat disajikan dengan baik oleh Sere, Rinaldy, Adrian, Bayu dan Edward, serta “Laskar Pelangi” dinyanyikan secara indah oleh JCO.
Bebas Berekspresi
Memasuki dekade terakhir (2015–2025), genre tidak lagi menjadi batasan. Para musisi bereksplorasi secara bebas dan menyampaikan perasaan serta pengalaman mereka. Seperti lagu “Rungkad” (Armonia Choir), “Lathi” (Quinsha Hutasoit dan BMS), “Manusia Kuat” (Farman Purnama), serta kejutan “Selalu Ada di Nadimu” yang memperkenalkan film Jumbo yang mendapatkan lebih dari 10 juta penonton, membawa penonton pada semangat era saat ini.
Isyana Sarasvati tampil dengan lagu "Lexicon" dalam konser Simfoni untuk Bangsa yang bertema "8 Dekade Musik Indonesia" di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu, 2 Agustus 2025. Dok. Jakarta Concert Orchestra
Isyana Sarasvati menutup konser ini dengan lagu “Lexicon” yang dinyanyikannya dengan penuh jiwa dan suara tingginya. Penonton mendapatkan tambahan istimewa berupa encore dari tampilan Isyana bersama Farman dengan lagu “Berharap Tak Berpisah”.
Pilihan lagu yang disajikan setidaknya mencerminkan zamannya dalam perkembangan musik Tanah Air. "Melalui konser ini, kami ingin menghidupkan kembali semangat masa masing-masing dekade melalui musik. Pemilihan lagu didasarkan pada kemampuannya mewakili setiap era," kata Avip dalam sesi jumpa pers sebelum konser dimulai.
Avip Priatna dan Karen Laurencia dalam sesi jumpa pers konser Simfoni untuk Bangsa dengan tema "8 Dekade Musik Indonesia". Dok. Jakarta Concert Orchestra
Ia menegaskan bahwa meskipun perubahan dari satu dekade ke dekade tidak selalu signifikan, terdapat nuansa khas yang menciptakan ciri khas musik pada masa tertentu. "Ini bukan sekadar pertunjukan, tetapi juga upaya untuk memotivasi perkembangan musik Indonesia di dekade berikutnya," katanya.
Karen Laurencia dari Batavia Madrigal Singers menjelaskan bahwa persiapan dimulai sejak awal tahun, termasuk dalam diskusi panjang mengenai pemilihan lagu. Menurutnya, satu dekade bisa memiliki 10 lagu penting, tetapi hanya beberapa yang dapat dinyanyikan. "Kami memilih lagu-lagu yang mewakili suasana dan semangat setiap masa," katanya. Ia menambahkan bahwa para penyanyi dan musisi juga diberi kebebasan dalam aransemen untuk menyampaikan interpretasi baru tanpa menghilangkan jiwa lagu aslinya.
DIAN YULIASTUTI
Post A Comment:
0 comments: